DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSEMBAHAN ii
HALAMAN MOTTO iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
HALAMAN PENGESAHAN v
ABSTRAKSI vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR SINGKATAN xi
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan 8
1.2.1 Batasan waktu 8
1.2.2 Batasan Materi 8
1.3 Rumusan Masalah 9
1.4 Tinjauan Pustaka 9
1.5 Kerangka dasar pemikiran 12
1.6 Hipotesa 15
1.7 Metode Penelitian 17
1.7.1 Metode Pengumpulan Data 17
1.7.2 Metode Analisa Data 17
1.8 Sistematika Penulisan 18
BAB II. KEADAAN MINYAK DI DELTA NIGER 19
2.1 Gambaran Umum Nigeria 19
2.1.1 Komunitas Lokal Nigeria 22
2.1.2 Potensi Minyak di Delta Niger 25
2.2 Pemerintahan Lokal Nigeria 28
2.3 Kekuasaan Pemerintah atas minyak 30
2.3.1 Kesepakatan antara MNC dan Pemerintahan 33
2.3.2 Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah 39
2.3.3 Peran dan Tanggung Jawab MNC 40
BAB III. MUNCULNYA TUNTUTAN KOMUNITAS OGONI 43
3.1 Degradasi Lingkungan Akibat Produksi Minyak 43
3.1.1 Ledakan Gas 44
3.1.2 Kebocoran Pipa minyak 46
3.1.3 Pencemaran Lingkungan (Air, Tanah Udara) 47
3.2 Pengaruh Perubahan Kualitas Lingkungan Terhadap Komunitas lokal ................................. 49
3.3 Corporatye Social Responsibility Oleh Shell 53
3.4 Awal Mula Munculnya Konflik 56
3.5 Aksi Sabotase dan Penculikan 64
BAB IV. PENYBAB TERJADINYA KONFLIK DELTA NIGER 68
4.1 Weak Goverment 69
4.1.1 Sukresi Politik 71
4.1.2 Mismanagement Pendapatan Minyak 75
4.1.3 Korupsi Pemerintah Lokal 75
4.1.4 Pengaruh Militer atas Pemerintahan 77
4.2 Faktor Sosial Ekonomi 80
4.2.1 Tingginya tingkat Pengangguran 81
4.2.2 Persaingan antar Etnis 85
4.2.3 Terbatasnya Akses Pemenuhan Kebutuhan Dasar 88
4.3 Degradasi Lingkungan Akibat Produksi Minyak 91
4.3.1 Kerusakan-Kerusakan Lingkungan 93
4.3.2 Dampak Degradasi Lingkungan Terhadap Kehidupan Masyarakat 96
BAB V. KESIMPULAN 99
DAFTAR PUSTAKA 100
LAMPIRAN.................. 101
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi Negara-Negara di Afrika, potensi sumber daya alam dan hasil bumi yang melimpah merupakan suatu sumber kekayaan yang sebenarnya dapat menyokong kebutuhan masyarakat dan membantu meningkatkan kesejahteraan negara.1 Keberadaan sumber daya alam yang terutama minyak di Afrika dapat menjadi suatu penopang kebutuhan yang tak terbatas bagi masyarakatnya dan kualitas minyak Afrika yang bermutu tinggi memberiakn kontribusi yang dapat memikat beberapa negara pengimport minyak dunia.2 Sehingga, dalam jarak waktu lima tahun terakhir kepentingan dan kebutuhan terhadap minyak Afrika semakin meningkat dan wilayah Barat Afrika menjadi tempat wilayah penemuan sepertiga minyak di dunia.3
Ternyata dapat dilihat secara jelas bahwa beberapa negara penghasil minyak di Afrika justru mengalami kemunduran dalam kesejahteraan dan masyarakat tidak dapat menikmati hasil dari berlimpahnya potensi yang seharusnya dapat membawa mereka ke dalam kemakmuran dan penyelesaian terhadap berbagia masalah kompleks yang mencakup wilayah tersebut . Bukan hanya tidak lagi mampu memberikan kontribusi yang setara, tetapi malahan keberadaan minyakyang sangat besar justru menciptakan malapetaka bagi masyarakat. Teruatama mereka yang tinggal di sekitar titik-titik sumber minyak.
Masalah penting yang dihadapi oleh wilayah penghasil minyak di Afrika adalah kurangnya kemampuan dalam mengontrol kekayaan alam, yang pada akhirnya berakibat pada mismanagement. Potensi negara-negara Afrika yang lemah dan sumber daya manusia yang tidak kompeten menjadikannya jauh dari kesuksesan pengelolaan sumber-sumber dan semakin mendorong masuknya Afrika ke dalam berbagi konflik dan kekerasan.4 Misalnya, kita dapat melihat berbagai kasus korupsi, intervensi militer, konflik antar etnis dan dominasi politik yang seringkali terjadi dan memperkeruh suasana di wilayah itu.
Seperti yang terjadi di delta Niger, sebuah wilayah dengan kandungan minyak terbesar di Nigeria, kondisi dan ketidakpastian keadaan karena masalah mismanagement minyak telah menjadi suatu endemik yang menodai wilayah kekayaan minyak dan Nigeria secara umum.5 Konflik dan kekacauan perebutan sumber daya alam menjadi suatu hal yang terlihat secara biasa di wilayah selatan Nigeria tersebut. Kekacauan dan timbulnya berbagai macam konflik di Delta Niger secara garis besar diciptakan oleh kehadiran perusahaan –perusahaan multinasional yang bekerjasama dengan pemerintah Nigeria selam berpuluh-puluh tahun.6 Beberapa perusahaan yang beroperasi di sepanjang wilayah dan kehidupan komunitas lokal di Delta Niger. Perusahaan minyak juga membatasi hak-hak komunitas lokal dalam mengolah kekayaan mereka.
Kehadiran perusahaan minyak asing dalam suatu Negara seringkali menampilkan penderitaan dan kemelaratan. Kehadiran perusahaan minyak menimbulkan berbagai macam persoalan ketika pemerintah dan pemerintah lokal tidak siap dengan segala perubahan dan aktifitas yang dilakukan perusahaan minyak. Sejak awal beroperasi, perusahaan minyak di kawasan delta Niger, mengalihfungsikan tanah-tanah pertanian milik warga, hutan mangrove, dan daerah pinggiran sungai sebagai bagian dari pembangunan fasilitas kilang minyak , daerah pengeboran sumur minyak, serta sebagai daerah pembangunan jalur pipa-pipa minyak. Praktis komunitas lokal yang sebelumnya hanya bergantung pada mata pencaharian sektor agraris menjadi kehilangan sumber kehidupan. Areal kontrak perusahaan yang mencapai ratusan ribu hektar, menggusur aktifitas ekonomi dan sosial masyarakat lokal. Bahkan penggusuran tersebut seringkali dilegalkan oleh pemerintah lokal.
Selain itu, pengaruh berdirinya perusahaan-perusahaan asing dalam memberikan kontribusi kekerasan dan kerusuhan di Delta Niger didukung oleh beberapa faktor lain berupa masalah-masalah krusial dalam kehidupan sosial ekonomi, tigginya tingkat kemiskinan, dan kenyataan lemahnya fungsi pemerintahan dan kapabilitas Negara. Komunitas lokal berada dalam posisi yang paling lemah dan menjadi pihak yang dirugikan. Hal-hal tersebut pada akhirnya menciptakan dorongan yang nyata bagi komunitas lokal untuk melakukan berbagai perlawanan terhadap perusahaan-perusahaan minyak dan pemerintahan di area sumber minyak.
Kehidupan social ekonomi di Nigeria belum dapat menopang seluruh bagian kebutuhan masyarakat dan menyebabkan berbagai problematika. Kesalahan pemerintah yang hanya menggantungkan pemenuhan kebutuhan ekonomi sepenuhnya pada keberadaan minyak, dan mengabaikan potensi sector ekonomi yang lain mengakibatkan masyarakat Nigeria, khususnya niger delta tidak memiliki kesempatan dalam menemukan alternative sumber mata pencaharian lainnya untuk meluaskan kesempatan ekonomi, membangun industrialisasi, dan pada akhirnya mereka mengalami kegagalan perekonomian.7
Kegagalan pemerintah dalam pembangunan pondasi perekonomian menyebabkan masyarakat hidup dalam kemiskinan, mengalami keterbatasan pemenuhan kebutuhan dasar dan terjadinya krisis yang berulang-ulang. Berulangnya krisis yang terjadi di wilayah delta Niger juga merupakan hasil akumulasi dari perasaan terabaikannya dan marjinalisasi yang mendalam oleh pemerintah dan perusahaan minyak dalam meningkatkan sumber daya manusia, infrastruktur yang memadai, serta penyediaan kebutuhan dasar untuk masyarakat. Pemerintah federal telah melakukan pengalokasian dana bagi penyediaan infrastruktur seperti penyediaan pelayanan kesehatan, sekolah, dan sarana yang lain. Hal ini digunakan untuk membendung kemiskinan dan kekacauan yang telah terjadi di sana. Ternyata, pengalokasian tersebut tidak selalu berjalan dengan lurus. Dampak yang terjadi akibat operasi perusahaan minyak dan berbagai kekerasan harus terjadi berulang kali dikarenakan adanya praktek korupsi yang dilakukan oleh pemerintah.
Produksi minyak telah meningkatkan sebagian ekonomi penduduk-penduduk Nigeria, tetapi terbatas pada golongan elit politik. Sedangkan penduduk di Nigeria yang lebih dari dua ratus juta orang yang hanya mendapat sebagian besar dari pendapatan telah dicuri atau dihamburkan oleh pemerintahannya sendiri. Nigeria’s Economic and Financial Crimes Commission (EFCC) telah menafsirkan bahwa lebih dari $380 milyar dana public telah dicuri atau dihamburkan oleh pemerintah federal pada publik telah dicuri atau dihamburkan oleh pemerintah federal pada tahun 1960 sampai 1999.8
Korupsi telah memperburuk keadaan di wilayah Delta Niger. Masyarakat semakin terpuruk atas kondisi mereka karena tidak mendapat pembangunan dan pelayanan dari perusahaan minyak dan pemerintah yang baik. Mereka bukan hanya tidak mendapat bagian dari kekayaan yang mereka miliki, bahkan semakin miskin di tengah kekayaan yang berlimpah. Lahan kering dan tak subur, sungai menghitam, diskriminasi antar etnis mayoritas dan minoritas, ditambah ketidakstabilan ekonomi serta perebutan kekuasaan atas minyak semakin menambah tingginya tingkat kemiskinan.
Akhirnya berbagai bentuk penderitaan dan penyalahgunaan hak terhadap masyarakat Delta Niger tersebut membuahkan inisiatif dalam melakukan aksi-aksi penyerangan terhadap perusahaan minyak yang dianggap sebagai akar penyebab dari semua masalah ini. Perebutan hasil sumber daya alam, keikutsertaan militer yang berlebih, pertikaian antar etnis, hingga degradasi lingkungan yang mempengaruhi kehidupan komunitas membuat berbagai aksi-aksi komunitas lokal, dan milisi-milisi lokal yang terus berlanjut hingga saat ini.
Komunitas lokal di delta Niger meyakini bahwasanya degradasi lingkungan terbesar disebabkan oleh kehadiran perusahaan minyak Shell. Shell merupakan merger dua perusahaan besar, Royal Dutch Petrolium Company dari Belanda dan Shell Transport and Trading Ltd dari Inggris. Diantara berbagai perusahaan minyak yang tinggal di Delta Niger, Shell menguasai 60% dari keseluruhan Pasar minyak domestik di Nigeria. Kebanyakan fasilitas operasi milik Shell berada di kawasan Delta Nger. Keberadaan Shell telah secara serius mengancam kehidupan komunitas lokal di sana. Operasi minyk menghasilkan berbagai bentuk polusi minyak di lingkungan mereka, bila dahulu bertani dan mencari ikan mudah dilakukan, tetapi seiring dengan berjalannya waktu mnjadi hal yang sangat sulit dillakukan di Delta Niger. Kelangkaan akses terhadap air bersih, munculnya beragam penyakit dan ancaman kekurangan gizi sering menjadi sesuatu hal yang biasa. Kehadiran perusahaan minyak juga menambahefek negatife di dalam perokonomian lokal dan masyarakat, seperti kehilangan kepemilikan tanah, inflasi harga, prostitusi, dan sebagainya.9
Secara signifikan penyerangan komunitas lokal terhadap perusahaan minyak dimulai pada tahun 1990an. Hal ini dimulai ketika terdapat tuntutan dan protes dari komunitas setempat khususnya Ogoni. Komunitas Ogoni yang menamakan dirinya MOSOP (the Movement for the survival of the Ogoni people) dibawah pimpinan Ken Saro Wiwa, menginginkan adanya kompensasi dan pertanggungjawaban atas kerugian yang meraka dapatkan . Komunitas Ogoni yang di wilayah sumber minyak, sangat menderita akibat dampak yang di hasilkan perusahaan minyak tersebut. Adanya ledakan gas yang mencemari udara , kebocoran pipa minyak yang mengotori permukaan lahan pertanian mereka, kerusakan parah pada hutan dan rawa hingga akhirnya berujung pada hilangnya mata pencaharian, serta hilangnya hak atas tanah mereka. Namun protes yang dilakukan tersebut ternyata tidak mendapatkan respon dari pemerintah dan MNC dalam memperbaiki keadaan menjadi yang seperti mereka inginkan, tetapi malah membawa konflik yang berkepanjangan. Protes yang dilakukan kemudian berkembang menjadi tindakan penculikan anggota staff perusahaan minyak, pengrusakan pipa aliran minyak dan sabotase terhadap fasilitas munyak lainnya.
Melalui penjelasan ini serta didasarkan pada fakta bahwa adanya kekacauanan dan ketidakstabilan keadaan yang semakin parah, penulis berusaha untuk mengkaji konflik di Delta Niger akibat adanya sumber daya minyak yang begitu melimpah. Melihat keanekaragamanya perusahaan minyak dan komunitas etnik lokal disana maka diperlukan satu contoh kasus agar pembahasan bisa terfokus dan bisa dikaji secara ilmiah. Penulis tertarik untuk menganalisa penyebab munculnya tuntutan dari komunitas lokal Ogoni terhadap pemerintah dan perusahaan minyak Royal Dutch Shell yang berujung pada konflik.
Oleh karena itu, penulis mengkaji dalam penulisan ilmiah yang berjudul:
“PENYEBAB KONFLIK ANTARA KOMUNITAS OGONI TERHADAP PEMERINTAH dan MNC di DELTA NIGER, NIGERIA”
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk membatasi ruang lingkup dan kemungkinan terjadi penyimpangan masalah serta mencegah kerancuan pengertian yang mungkin terjadi, maka penulis memilah ruang lingkup pembahasan menjadi dua:
1.2.1 Batasan Materi
Batasan materi yang akan diberikan penulis dalam mengkaji penulisan ini adalah penyebab munculnya tuntutan yang berimbas pada terjadinya konflik antara komunitas Ogoni,pemerintah dan Shell atas keberadaan minyak di Delta Niger, Nigeria. Dalam member penjelasan terhadap penyebab terjadinya konflik, penulis membagi analisa variabel-variabel penyebab terjadinya konflik dan akan memberikan pembahasan mengenai dampak dari berdirinya perusahaan minyak asing terhadap lingkungan dan kepada kehidupan masyarakat sekitar, peran dan keikutsertaan militer dalam konflik tersebut, posisi etnik minoritas pada komunitas produksi minyak dan adanya praktek korupsi yang dilakukan pemerintah dalam mengalokasikan dana kompensasi dari perusahaan asing yang sebenarnya ditujukan untuk pembangunan masyarakat.
1.2.2 Batasan Waktu
Batasan waktu yang ditujukan pada penulisan ini adalah pada awal tahun 1990-an sejak semakin luasnya konflik antara masyarakat Ogoni yang tergabung dalam MOSOP terhadap pemerintah perusahaan minyak khususnya Shell sampai pada tahun 2003 yang ditandai oleh penyerangan terhadap instalasi dan staff perusahaan minyak Shell di Delta Niger serta adanya peledakan pipa minyak di Rumuepke yang menewaskan lebih dari 100 orang penduduk lokal.
1.3 Rumusan Masalah
Komunitas Ogoni yang bertugas di Delta Niger seharusnya ikut serta menikmati kekayaan alam yang terdapat di wilayah tersebut. Tetapi pada kenyataannya meraka harus hidup dalam lingkaran kemiskinan dalam jangka waktu yang panjang.kekacauan dan ketidakpastian keadaan menimbulkan keresahan yang mendalam dan meyebabkan munculnya tuntutan kepada pemerintah dan Shell. Sebenarnya pihak Shell telah memenuhi kewajiban mereka dengan memberikan kompensasi terhadap pendapatan minyak kepada pemerintah. Pemerintah yang seharusnya menggunakan dana pembangunan untuk masyarakat justru terlibat dalam suatu siklus korupsi yang begitu buruk sehingga dana untuk pembangunan tidak tersalurkan dengan baik. Kenyataan bahwa Nigeria menjadi negara yang semakin miskin menyebabkan beberapa gerakan mengadakan protes dalam masyarakat Ogoni dan mendorong meletusnya konflik. Sesuai dengan latar belakang penulisan tersebut maka penulis mengajukan suatu permasalahan yaitu:
“Mengapa terjadi konflik antara komunitas Ogoni, Pemerintah dan Royal Dutch Shell di Delta Niger,Nigeria ?”
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam artikel yang berjudul Ogoni and Oil dari www.americanedu.org, menjelaskan bahwa munculnya gerakan kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat lokal, yaitu Ogoni pada perusahaan minyak asing disebabkan oleh kerusakan lingkungan dan kerusakan sumber perekonomian pada wilayah untuk komunitas lokal. Pemerintah Federal Nigeria telah gagal dalam memerankan dan menjalankan proteksi terhadap lingkungan sebagai dampak produksi minyak yang dilakukan oleh Shell dan perusahaan minyak lainnya yang ada disana. Pemerintah Federal juga bertindak keras pada komunitas lokal yang dianggap mengorganisir aksi protes dan sabotase terhadap fasilitas minyak dengan cara represif (intimidasi,pemukulan, pemenjaraan dan bahkan berujung divonis hukuman mati).
Selajutnya, artikel ini juga menjelaskan bahwa komunitas Ogoni tidak menerima keuntungan atas operasi minyak disana. Strategi pembangunan yang hanya difokuskan pada peningkatan investasi luar negeri dalam industri minyak Nigeria ternyata tidak membawa menuju kemajuan pembangunan. Pendapatan yang diperoleh hanya digunakan untuk keuntungan perusahaan minyak asing daripada untuk komunitas lokal. Pada kenyataannya, komunitas lokal lebih dimiskinkan dengan terjadinya degradasi lingkungan akibat produksi minyak. Kesejahteraan komunitas lokal juga terhambat oleh rezim militer yang bekerja sama dengan perusahaan minyak asing dalam mengeksplorasi sumber daya minyak Nigeria.
Sesuai dengan penjelasan di atas maka penulis sependapat dengan tulisan yang dikemukakan dalam artikel tersebut, bahwa salah satu faktor yang menyebabkan serangan masyarakat Ogoni pada perusahaan minyak asing adalah degradasi lingkungan yang disebabkan aktifitas industri minyak. Dalam pembahasan selanjutnya, penulis menambahkan beberapa faktor yang tidak dituliskan dalam artikel ini seperti keberadaan korupsi dan mismanagement pendapatan produksi minyak yang dilakukan pemerintah.
Pandangan yang dikemukakan artikel lain adalah bahwa penyebab konflik di Delta Niger disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu historis, sosial ekonomi, politik lingkungan dan intervensi eksternal.10
Penjelasan faktor-faktor tersebut bagaimana berikut:
1.Faktor Historis yaitu kegagalan pemerintah membangun perekonomian yang kokoh bagi perkembangan kesejahteraan rakyat di kawasan Delta Niger. Hal ini sangat kontradiktif dengan banyaknya devisa Negara yang dapat diraih dari eksplorasi kekayaan alam di kawasan tersebut.
2.Faktor Sosial Ekonomi, yaitu tingginya tingkat kemiskinan dan tingginya tingkat pengangguran di Nigeria. Kenyataannya tersebut diperparah dengan kegagalan pemerintah Nigeria untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya, yang ironisnya menghuni kawasan dengan cadangan minyak dan gas bumi terbesar di dunia, telah memicu kekerasan dan rasa frustasi di seluruh level masyarakat.
3.Faktor Politik, berupa warisan historis dari junta militer dan kekerasan yang diterapkan tidak mengalami perubahan fundamental sejak tahun 1999,transisi yang terjadi hanya mampu membawa arus demokrasi yang nominal pada masyarakat. Tentara nasional tetap eksis dalam memberi perlindungan dan keamanan bagi pihak perusahaan minyak serta melindungi pejabat sipil yang melanggar janji-janji politiknya terhadap rakyat, namun tidak bagi masyarakat sipil.
4.Faktor Lingkungan, berupa degradasi lingkungan sebagai dampak aktifitas perusahaan minyak sejak tahun 1960. Degradasi lingkungan tersebut memberi efek negatif yang kuat bagi kehidupan penduduk awam Delta Niger.
5.Faktor intervensi Eksternal, berupa kegagalan donor-donor asing, kecuali Uni Eropa, untuk memberi dukungan terhadap pembentukan masyarakat sipil di Niger Delta. Hal itu menampakkan bahwa komunitas internasional telah memasrahkan upaya-upaya pembangunan di tangan korporasi-korporasi minyak.
Penulis sependapat tentang analisis yang ditulis dalam artikel tersebut yang memberikan penjelasan mengenai beberapa hal penyebab konflik dengan menekankan pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut mempunyai peluang dalam meningkatkan intensitas konflik di Delta Niger. Namun dalam tulisan ini, penulis menganalisa penyebab terjadinya konflik di Delta Niger melalui beberapa faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam menyebabkan konflik yaitu faktor politik, faktor sosial ekonomi, kerusakan lingkungan akibat limbah minyak dan kerjasama antara Negara (state) dengan perusahaan minyak asing (MNC) karena menurut penulis dari keempat faktor itulah akar konflik mulai terjadi. Oleh sebab itu pada bagian selanjutnya penulis akan membuat kerangka dasar pemikiran untuk memperkuat argumen utama dalam tulisan ini.
1.5 Kerangka Dasar Pemikiran
Penulis menggunakan teori sebagai pedoman dalam proses pengujian data dan menganalisis permasalahan yang ada. Untuk memberikan pembahasan yang lebih tepat dan rinci yang diambil dari teori konflik yang ada, maka penulis akan memberikan pemikiran mengenai “konflik internal” yang ditulis oleh Michael. E. Brown. Menurut Michael. E. Brown, konflik internal merupakan kekerasan pertikaian politik yang asal mulanya dapat ditelusuri terutama ke dalam ruang lingkup intrastate daripada interstate. Kekerasan militer rmengambil bagian (atau ancaman untuk mengambil bagian) terutama dalam batasan single state.
Konflik internal adalah kekerasan yang melibatkan pemimpin sipil dan militer yang ditambah dengan organisasi kriminal untuk kedaulatan negara dan perjuangan ideologi dan juga adanya konflik etnis dan kampanye pemisahan. Beberapa konflik internal terjadi tanpa kekerasan dimana penyelesaiannya melalaui pembangunan politik, ekonomi, dan mekanisme sosial. Pada sebagian konflik internal, aktor kunci adalah pemerintah dan kelompok pemberontak, tetapi ketika struktur negaranya lemah atau tidak eksis, kelompok tersebut bertarung diantara mereka sendiri.11
Teori yang dikemukakan Brown membantu kita untuk memahami kompleksitas konflik internal yang tidak bisa dijelaskan hanya oleh satu faktor atau variabel sehingga variabel-variabel tersebut masuk dalam kategori underlying causes of conflict (penyebab utama konflik) dan proximate causes (penyebab pemicu konflik). Secara lebih spesifik Brown memberikan penekanan pada pengaruh kebijaksanaan atau perilaku elit pemimpin sebagai salah satu faktor yang menyebabkan adanya ledakan konflik di suatu wilayah. Brown tidak membantah bahwa faktor struktural, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan perceptual menjadikan suatu wilayah rentan terhadap konflik tetapi tetap tidak mengabaikan peran dari elit pemimpin yang memicu terjadinya konflik. Tulissan ini juga bertolak belakang dari argumen Brown yang berkaitan dengan perilaku elit politik sehingga penulis beranggapan sangat relevan dan akurat untuk menjelaskan konflik internal yang terjadi di Delta Niger. Ketidaksetaraan pemerintah federal dalam memberikan alokasi untuk pembangunan masyarakat di stiap wilayah, korupsi dalam setiap level pemerintahan serta kesempatan ekonomi yang begitu kecil bagi masyarakat lokal untuk ikut serta dalam mengolah sumber daya alam yang menjadi bagian milik mereka.
Tabel 1: Sebab-sebab Konflik Internal dan Konflik Etnik
Faktor Struktural
Faktor Ekonomi/ Sosial
Negara lemah
Kekhawatiran terhadap keamanan internal
Geografi Etnis
Masalah ekonomi
Sistem ekonomi yang diskriminatif
Pembangunan ekonomi dan modernisasi
Faktor Politik
Faktor Sosial Budaya
Lembaga politik yang diskriminatif
Ideologi nasional yang eksklusif
Politik antar kelompok
Politik elit
Pola diskriminasi budaya
Sejarah kelompok yang bermasalah
Sumber : Michael E Brown. Ethnic and Internal Conflict, dalam Chester, A Crocker. Turbulent Peace The Chalenges of Managing Internasional. United States of Institute of Peace Press. Washington D.C, 2002. Proximate causes.
Selain tersedianya faktor-faktor di atas, Brown juga membagi proximate causes menjadi 2 level untuk membedakan penyebab pemicu dari konflik internal dan etnik, yaitu:
1. Elite level sebagai oposisi untuk faktor level massa
2. Internal sebagai oposisi untuk pembangunan eksternal12
Tabel 2: Sebab-sebab Pemicu Konflik Internal dan Konflik Etnik
Internally Driven
Externally Driven
Elite level
Bad leaders
Bad Neighbours
Mass level
Bad domestic problems
Bad Neighborhoods
Sumber : Michael E. Brown, Ethnic and Internal Conflict, dalam Chester, A. Crocker (ed). Turbulent Peace The Chalenges of Managing Internasional, United States of Institute of Peace Press, Washington D.C, 2002.
Oleh karena itu, berdasarkan faktor pemicu dan dimana fenomena itu terjadi, maka konflik dapat disebabkan oleh empat kombinasi faktor yang berbeda yaitu: bad domestic problems, bad neighborhoods, bad neighbors, dan bad leaders. Penulis lebih melihat konflik yang terjadi di Nigeria termasuk dalam bad domestic problems karena faktor-faktor pemicu bersal dari sisi internal dan terjadi fenomena di kalangan mayarakat luas.
1.6 Argumen Utama
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka penulis merumuskan bahwa konflik yang terjadi di Delta Niger antara perusaahan minyak Shell dan komunitas lokal Ogoni adalah hasil dari kekerasan dan pertikaian internal yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu faktor politik berupa pemerintahan yang lemah, faktor sosial ekonomi berupa tingkat keniskinan yang begitu tinggi dan ketergantungan negara yang begitu besar terhdap keberadaan perusaahan minyak asing (MNC). Indikator dari lemahnya pemerintah adalah seringnya terjadi pergantian kekuasaan akibat tingginya persaingan dalam memperoleh jabatan politik, adanya mismanagement pendapatan minyak dalam setiap level pemerintahan, tingginya tingkat koupsi yang dilakukan pejabat pemerintah atas pendapatan minyak dan pengaruh militer yang cukup kuat dalam konflik.
Faktor sosial ekonomi yang memicu terjadinya konflik adalah tingginya tingkat kemiskinan di masyarakat dengan indikator tingginya tingkat pengangguran terutama di kalangan muda, tingginya tingkat sabotase dan penculikan karyawan perusaahan minyak untuk meminta bagian hasil penjualan minyak, kompetisi antar tiap etnik dalam masyarakat untuk memperebutkan kekayaan minyak di sana, buruknya akses terhadap fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar seperti layanan kesehatan, akses terhadap air bersih, pendidikan, pekerjaan, perlindungan hokum serta adanya diskriminasi terhadap etnis minoritas.
Nigeria telah membuat suatu kesepakatan dengan beberapa perusaahan minyak asing mengenai pembagian pendapatan atas produksi minyak yang membuat ketergantungan negara begitu tinggi terhadap produksi minyak. Tidak adanya pembaharuan perjanjian minyak menyebabkan MNC menempati posisi dominan dalam produksi minyak sehingga hasilnya lebih banyak jatuh ke tangan MNC. Selain itu dengan adanya operasi minyak yang menghasilkan pendapatan luar biasa menyebabkan pembangunan ekonomi hanya terfokus pada investasi minyak dan mengabaikan sektor ekonomi yang lain.
Sedangkan degradasi lingkungan yang sangat parah merupakan intervening variable adanya tuntutan dari komunitas local Ogoni. Komunitas Ogoni menjadi pihak yang paling dirugikan karena di satu sisi mereka berhadapan dengan degradasi lingkungan yang begitu parah dan di sisi yang lain mereka harus berhadapan dengan pemerintahan yang sama sekali tidak memperdulikan nasib mereka. Keterbatasan dalam mencari sumber penghidupan membuat mereka frustasi dan pada akhimya terwujud dalam gerakan-gerakan protes kepada Shell melalui cara kekerasan yang berujung pada konflik. Kebocoran-kebodoran inilah yang juga menjadi penyebab konflik di sana. Konflik inilah yang kemudian penulis rumuskan sebagai variabel dependent.
Selanjutnya penulis merumuskan arguman utama sebagai berikut:
Adanya tuntutan dari komunitas Ogoni di Delta Niger terhadap pemerintah dan MNC disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor politik, berupa pemerintahan yang lemah, faktor sosial ekonomi berupa tingkat kemiskinan yang begitu tinggi dan ketergantungan Negara yang begitu besar terhadap keberadaan MNC (variable independent). Sebagai intervening variabel adalah adanya degradasi lingkungan yang mendorong munculnya pemberontakan dari komunitas lokal Ogoni. Komunitas lokal Ogoni menjadi pihak yang paling dirugikan karena mereka tidak ikut menikmati hasil dari penjualan minyak. Disatu sisi mereka berhadapan dengan degradasi lingkubgan dan di sisi yang lain mereka harus berhadapan dengan pemerintahan yang sama sekali tidak memperdulikan nasib mereka. Keterbatasan dalam mencari sumber penghidupan membuat mereka frustasi dan pada akhirnya terwujud dalam gerakan-gerakan protes kepada pemerintah dam Shell. Protes dan tuntutan damai tang tidak mendapat respon dari pihak Shell dan pemerintah pada akhirnya berubah menjadi konflik yang semakin berlarut-karut(variable dependent).
1.7 Metode Penelitian
Penggunaan metode penelitian diperlukan untuk menuntun kita didalam melakukan sebuah penelitian. Dengan demikian penelitian akan lenih obyektif dan mendekati kebenaran. Didalam merumuskan metode penelitian, penulis membagimya ke dalam dua teknik penulisan.
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun suatu penelitian, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Dalam menggunakan data-data yang relevan, penulis mencoba untuk menggunakan metode observasi melalui studi literatur atau analisa. Observasi dilakukan melalui pencarian data yang relevan melalui:
1. Lembaga yang tersedia (Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember)
2. Media cetak dan elektronik, baik internet, koran mauaun jurnal
3. Buku koleksi pribadi.
1.7.2 Metode Analisis Data
Metode analisis data memberikan uraian tentang bagaimana mengolah data dari awal. Data mentah yang telah didapat kemudian secara sistematis diurutkan sehingga dapat sesuai dengan topik permasalahan yang diangkat. Analisis data kemudian diolah untuk diinterpretasikan sehingga menjadi suatu pemahaman terhadap informasi. Dan kemudian dideskripsikan terhadap teori dan konsep yang ada. Dalam menganalisis data tsb, penulis menggunakan metode deduktif. Metode deduktif teknik menganalisis dengan mengembangkan teori yang ada sesuai fakta-fakta umum yang tersedia dan kemudian menarik generalisasi yang bersifat khusus. Dalam hal ini, metode deduktif akan menjelaskan suatu peristiwa debgab mempertimbangkan kesinpulan sebagai konsekuensi logis dari praduga yang digunakan.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang diajukan oleh penulis untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut: BAB 1 berisi tentang latar belakang permasalahan atau alasan pemilihan judul, batasan materi, rumusan masalah, tinjauan pustaka, kerangka teori, argumen utama serta metodologi penelitian. Selanjutnya dalam BAB II penulis akan menjelaskan gambaran umum tentang Nigeria. Dalam bab ini penulis juga menjelaskan potensi minyak yang ada di Nigeria beserta kekuasaan yang dimiliki pemerintah atas minyak. Penulis juga menjelaskan kesepakatan kerjasama antara pemerintah dan perusaahan minyak asing yang terdapat disana.
BAB III akan berisi penjelasan mengenai degradasi lingkungan yang menjadi faktor pengantara terjadinya konflik di Delta Niger. Nigeria. Dalam bab ini, penulis juga awal mula munculnya tuntutan dari lomunitas Ogoni terhadap pemerintah dan MNC. Bab ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa protes dan tuntutan damai yang dilakukan oleh komunitas Ogoni berubah menjadi gerakan kekerasan yang berujung pada terjadimya konflik dengan indikator adanya sabotase dan penculikan karyawan MNC.
Pada BAB IV akan dijelaskan penyebab-penyebab terjadinya tuntutan dari komunitas Ogoni yang berujung pada terjadinya konflik. Tulisan ini akan diakhiri pada BAB IV. Bab ini akan berisi kesimpulan dari semua pembahasan yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya.
BAB V
KESIMPULAN
Masuknya perusaahan asing dalam suatu negara bias menimbulkan dampak negatif apabila negara tersebut tidak siap dengan segala perubahan dan segala konsekuensi yang terjadi sebagai dampak operasi pengelolaan minyak. Seperti yang terjadi di Delta Niger, keberadaan sumber daya minyak yang begitu melimpah mendoromg masuknya berbagai prusaahan minyak asing untuk beroperasi di sana. Kehadiran perusaahan minyak asing yang sebelumnya diharapkan bias membawa kemajuan dan perubahan ternyata menjadikan Nigeria mengalami ketergantungan yang luar biasa pada sektor minyak. Rendahya SDM dari masyarakat Delta Niger juga menjadi salah satu hal yang menyebabkan minimnya patisipasi rakyat lokal dalam perusaahan minyak asing.
Konflik yang terjadi di Delta Niger antara pemerintah, perusaahan minyak Shell, dan komunitas lokal Ogoni adalah hasil dari kekerasan dan pertikaian internal yang diakibatkan oleh beberapa faktor, faktor politik berupa pemerintahan yang lemah, faktor sosial ekonomi berupa tingkat keniskinan yang begitu tinggi dan ketergantungan negara yang begitu besar terhdap keberadaan perusaahan minyak asing (MNC). Indikator dari lemahnya pemerintah adalah seringnya terjadi pergantian kekuasaan akibat tingginya persaingan dalam memperoleh jabatan politik, adanya mismanagement pendapatan minyak dalam setiap level pemerintahan, tingginya tingkat koupsi yang dilakukan pejabat pemerintah atas pendapatan minyak dan pengaruh militer yang cukup kuat dalam konflik.
Faktor sosial ekonomi yang memicu terjadinya konflik adalah tingginya tingkat kemiskinan di masyarakat dengan indikator tingginya tingkat pengangguran terutama di kalangan muda, tingginya tingkat sabotase dan penculikan karyawan perusaahan minyak untuk meminta bagian hasil penjualan minyak, kompetisi antar tiap etnik dalam masyarakat untuk memperebutkan kekayaan minyak di sana, buruknya akses terhadap fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar seperti layanan kesehatan, akses terhadap air bersih, pendidikan, pekerjaan, perlindungan hukum serta adanya diskriminasi terhadap etnis minoritas.
Nigeria telah membuat suatu kesepakatan dengan beberapa perusaahan minyak asing mengenai pembagian pendapatan atas produksi minyak yang membuat ketergantungan negara begitu tinggi terhadap produksi minyak. Tidak adanya pembaharuan perjanjian minyak menyebabkan MNC menempati posisi dominan dalam produksi minyak sehingga hasilnya lebih banyak jatuh ke tangan MNC. Selain itu dengan adanya operasi minyak yang menghasilkan pendapatan luar biasa menyebabkan pembangunan ekonomi hanya terfokus pada investasi minyak dan mengabaikan sektor ekonomi yang lain.
Sedangkan degradasi lingkungan yang sangat parah merupakan intervening variable adanya tuntutan dari komunitas local Ogoni. Komunitas Ogoni menjadi pihak yang paling dirugikan karena di satu sisi mereka berhadapan dengan degradasi lingkungan yang begitu parah dan di sisi yang lain mereka harus berhadapan dengan pemerintahan yang sama sekali tidak memperdulikan nasib mereka. Keterbatasan dalam mencari sumber penghidupan membuat mereka frustasi dan pada akhimya terwujud dalam gerakan-gerakan protes kepada Shell melalui cara kekerasan yang berujung pada konflik. Kebocoran-kebodoran inilah yang juga menjadi penyebab konflik di sana. Konflik inilah yang kemudian penulis rumuskan sebagai variabel dependent.
Nigeria yang memiliki sumber daya yang begitu melimpah harus berada di bawah kontrol perusaahan minyak asing karena merekalah yang mengatur jalannya operasi produksi minyak. Tidak adanya pembaharuan perjanjian (joint ventures) antara perusaahan minyak asing dan pemerintah dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan keuntungan yang diterima pemerintah tidak sesuai dengan harga minyak dunia. Jumlah keuntungan yang diterima oleh pemerintah ketika harga minyak turun dapat dipastikan tidak berubah pada saat harga minyak dunia naik. Inilah salah satu ekonomi politik perusaahan transnasional yang digunakan dalam mengatur perekonomian suatu negara. Sebelum masuknya perusaahan minyak asing di kawasan Delta Niger, masyarakat lokal bisa mandiri dengan industri dari sektor agraris dan mereka dapat menguasai pasar domestik. Perusaahan asing terbukti telah berhasil menciptakan ketergantungan masyarakat pada minyak. Situasi yang demikian telah menyebabkan kekacauan dan ketidakstabilan keadaan di Delta Niger, Nigeria.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Michael E. 2002. Ethnic and internal conflict and turbulent peace the challenges of ianaging international. Wshington DC: United States os institutes of peace press.
Calvert, peter. 1995. Proses Suksesi Politik terjemahan Mizbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
David, Moffat and Olof , Linden. 1995 “Perception and Reality: Assesing Piorities for Sustainable Development in the Niger River Delta”. Ambio( a Journal Of the Human Environment), Vol 24 no 7-8, Desemeber (Stockholm: Royal Swedish Academy of Science.
Eweje, G. 2007. ” Multinasional oil companies Csr initiatives in nigeria managerial law: the sceptisicm of stake holder in house communities”, New Zealand Departement of Management and International Business Collage of Business. Vol 49, Issue 5-6, Page 218- 235.
Gayo, Iwan. 2004. Buku pintar seri senic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Jones, Nick Ashton. 1998. The ERA Handbook to the Niger Delta and The Human Ecosystem of the Niger Delta. London and Benin City: Environmental Right Action.
Lao Hamuluk, Buletin Vol 5. Nomor Tiga sampai Empat.
Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.
Mas’oed, Mohtar. 1989. Studi Hubungan Internasional Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Universitas Yogyakarta.
Compas, Energy vol 9. no 15, 10 April 1998, London.